Seorang teman curhat ke saya beberapa hari lalu, tentang kegalauannya, masalah cowok. Auranya itu seperti selang air yang mampet. Ya, seperti itulah yang saya rasakan. Biasanya kalau ada teman yang curhat masalah cowok, saya akan membuka pikirannya untuk move on, saya akan memberikan celetukan sadis khas saya yang memang kurang berperasaan. Tapi tidak untuk yang satu ini. Karena teman saya yang satu ini terlalu sensitif, terlalu tertutup, agak sulit pikiran saya yang teramat terbuka dan bebas (dan tidak pedulian) itu menembus cara berpikirnya.
Kata teman saya, "Kau gak ngerti, sih, Gem."
Oke. Baiklah. Saya memang gak mengerti. Gak bisa ngerti. Betapa seseorang masih akan mempertahankan seseorang yang pada mulanya memberi harapan serius padanya, namun kemudian orang itu menjauhinya dengan berbagai alasan.
Saya gak bisa mengerti, betapa seseorang tak ingin melepaskan tangan orang yang sudah ingin melepaskan tangannya. Bagi saya, yang bisa saya terima dengan otak saya, hanya tiga orang yang pantas dipertahankan apabila ia ingin melepaskan tangan kita, pertama suami/istri, kedua orang tua kita, ketiga saudara kita.
Dan orang yang hanya sebatas kenalan atau sebutlah dia 'pacar', saat dia melepaskan tangan kamu, maka lepaskan saja. Sebab kamu tidak perlu mempertahankan seseorang yang labil dan plinplan atau orang yang hanya menjadikan kamu sebagai salah satu dari pilihannya. Ah, saya termasuk yang tidak suka dijadikan pilihan, saya tidak akan mementingkan seseorang yang menjadikan saya sebagai salah satu dari pilihannya, kalau kata Oom Iwan Fals 'aku bukan pilihan', tentu, saya adalah prioritas!
Dan orang yang hanya sebatas kenalan atau sebutlah dia 'pacar', saat dia melepaskan tangan kamu, maka lepaskan saja. Sebab kamu tidak perlu mempertahankan seseorang yang labil dan plinplan atau orang yang hanya menjadikan kamu sebagai salah satu dari pilihannya. Ah, saya termasuk yang tidak suka dijadikan pilihan, saya tidak akan mementingkan seseorang yang menjadikan saya sebagai salah satu dari pilihannya, kalau kata Oom Iwan Fals 'aku bukan pilihan', tentu, saya adalah prioritas!
Kawan, saat seseorang itu sungguh-sungguh mencintaimu, dia seharusnya menerima dirimu satu paket, kebaikanmu, keburukanmu. Dia tidak akan meninggalkanmu dengan alasan-alasan. Dia akan terus disampingmu, seburuk apa pun sikapmu. Karena dia mencintaimu. (Sepertinya saya menulis ini karena terpengaruh novel romance yang sedang saya tulis ==" gomen OTL...)
Banyak yang tidak saya mengerti di dalam diri teman saya itu. Saya tidak mengerti betapa ada yang memikirkan segala sesuatu begitu rumit dan menyusahkan diri sendiri karenanya, sementara dia bisa saja menyederhanakan pemikirannya dan membuat dirinya lebih bahagia. Bukankah yang diinginkan semua orang adalah bahagia? Kenapa menyusahkan diri sendiri dengan pikiran-pikiran yang kita ciptakan? Seharusnya bahagiakanlah diri kita dengan pikiran-pikiran yang bisa kita ciptakan itu.
Ya, teman saya benar. Saya tidak mengerti dia.
Apa lagi yang bisa saya katakan, kalimat saya tidak satu pun yang mempan. Hahaa. Teman saya tetap galau, mungkin sampai hari ini.
Padahal, patah hati bukan pertama kali untuknya, sebelumnya juga dia sudah pernah. Lalu apa lagi yang menjadikan masalah patah hatinya begitu berat? Bukankah seseorang yang telah terbiasa jatuh seharusnya bisa menahan sakit dua kali lipat dibandingkan orang yang sama sekali belum pernah terjatuh? Berhubung saya sudah sering sekali gagal dalam satu hal, maka buat saya kegagalan itu menjadi sesuatu yang bukan masalah besar, bukan hal yang dapat menjegal saya untuk terpuruk lagi.
Dan, saya masih tak mengerti betapa teman saya itu begitu memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dia pikirkan berlebihan.
Baiklah, apakah ini karena saya terlalu mandiri, terlalu tidak peduli, terlalu gampang menyederhanakan sesuatu, terlalu tidak mau susah sendiri? Entahlah.
Mungkin hanya dua kalimat saya yang akhirnya berhasil masuk ke dalam pikiran teman saya itu. Setelah saya bicara agar dia santai saja dan setelah kalimat-kalimat saya yang aneh buat teman saya itu tidak ada gunanya, maka saya berkata: Kau tahu, kau mestinya bertemu orang yang memiliki masalah lebih berat daripada masalahmu. Dengan begitu kau akan tahu, masalahmu itu bukanlah apa-apa. Lihatlah ke bawah kawan, ada semut .... (eh) huhahahaha XD (serius, saya bilang begitu, dan tentu setelah itu saya ketawa tanpa perasaan).
Dan, kalimat kedua yang saya katakan padanya adalah: Bacalah ini di saat sedih ...
ﻗُﻞْ ﻟَﻦْ ﻳُﺼِﻴﺒَﻨَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﻛَﺘَﺐَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻨَﺎ ﻫُﻮَ ﻣَﻮْﻟَﺎﻧَﺎ ۚ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻠْﻴَﺘَﻮَﻛَّﻞِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (At Tawbah 51)
Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (At Tawbah 51)
Dan, memang apa yang meringankan saya setiap masalah mendorong saya untuk jatuh adalah ALLAH, Tuhan saya. Menurut saya, segala sesuatu yang saya miliki, akan saya miliki, yang saya dapatkan, atau akan saya dapatkan, baik serta buruk, apa pun itu di dalam pandangan saya, segalanya adalah berasal dari Allah. Saya pun berasal dari Allah. Maka karena segalanya adalah dari Allah, saya pun akan menyerahkan segalanya kembali kepada Allah (termasuk segala masalah). << kelihatan seperti orang yang tidak ingin susah sendiri kan? (==,)
Lalu, kenapa harus galau untuk hal kecil? Pertama, jangan terlalu berlebihan memikirkan masalah kecil. Kedua, semuanya adalah masalah kecil.
Jadi, tersenyumlah yang lebar dan jalanilah kehidupanmu dengan bahagia dan santai. Jalanilah sesantai mungkin selama kau tidak mencurangi siapa pun (OoOo!!! Jangan sampai kau mencurangi siapa pun karena karma itu tidak pernah salah sasaran).
Keep smiling, kawan!!!
Karena ketidakbahagiaanmu adalah karena kau merasa dirimu tidak bahagia.
Untuk teman saya yang sedang galau ... CHAYOU!!!!! (ง'̀0'́)ง
No comments:
Post a Comment