Tergeletak di lantai
lift, sebuah buku bersampul hitam bertuliskan Acta dengan sulaman benang perak.
Acta, bahasa Latin dari
jurnal atau buku harian. Mungkin milik salah seorang siswa atau guru sekolahku.
Kubuka sampul buku, tampak layar sentuh 7 inci di balik sampul itu. Buku harian
elektronik. Tidak bisa dibuka. Terkunci dengan kata sandi.
“Milik siapa ini?”
Sebaris kalimat tiba-tiba
muncul di permukaan layar. [NAITO]
Aku mengernyit. “Naito?
Siapa Naito?”
[NAITO]
[Siswa
Sekolah Khusus Anak Bumi Berbakat ‘UMBRA’]
[Kelas
12]
[Penyandang
nilai terbaik di pelajaran Praktek Ilmiah]
“Siswa sekolah ini
rupanya. Aku gak kenal, tuh,” ujarku. “Seperti apa rupa Naito itu?”
Layar tujuh inci itu lalu
mengeluarkan kilau cahaya hijau yang berhamburan ke udara. Detik berikutnya
cahaya itu menyatu, mewujud dalam bentuk seorang manusia. Sosok hologram itu
berdiri di depanku dalam ukurannya yang sebenarnya, pria bertubuh tinggi
mengenakan celana jins dan jaket kulit hitam. Rambutnya abu-abu gelap senada
dengan warna matanya, kulitnya putih dan ia tampan.
DIA?!
Buku harian elektronik
itu jatuh dari tanganku menabrak lantai lift. Bersamaan dengan itu cahaya
hologram yang membentuk sosok manusia itu buyar, berhamburan di udara dan
lenyap.
Aku kenal siapa pria itu!
Pintu lift bergeser dan
membuat perhatianku teralihkan. Seorang pria muncul dari balik pintu lift itu.
Ia menatapku sekilas,
lalu mengambil buku harian elektronik yang tergeletak di lantai lift.
“Punyaku,” ujarnya singkat. Ia masuk ke dalam lift dan pintu lift tertutup
kembali. Ia menoleh ke arahku yang masih bergeming. “Wajahmu kenapa? Hasil
percobaan ilmiah yang gagal? Atau berhasil?” Tampak ia menahan tawa.
Aku tak menjawab. Dia
tidak mengenalku karena bentukku sedang tidak dalam rupaku yang sebenarnya.
Efek apel yang kumakan di rumah kaca sekolah membuatku tidak mirip manusia
sekarang.
Aku berdiri kaku di
sebelah pria yang pernah mencoba untuk melenyapkanku. Si pembunuh bayaran antar
waktu yang kupikir sudah mati.
***
Bersambung ke LCDP - GEM : 10 of 30